Rabu, 14 Maret 2012

Bertemu Mualem: Bak Mabuk Sebelum Minum


Mabuk kepayang sampai tak tahu harus berpikir apa ketika berhadapan dengan seorang idola berwajah tampan. Apalagi baru bangun tidur dan terlambat untuk menemui, padahal dia orang yang sangat dinanti-nantikan. Belum minum saja sudah mabuk kepayang begini, bagaimana kalau sudah mencicipi seteguk keindahan rona kepemimpinannya, ya?! Tentunya pasti akan lebih baik daripada muntah sebelum minum karena harus menyaksikan wajah yang belum usai dibuat. Meski ditutupi dengan topeng setampan apapun juga, tetap saja buat mual duluan.


Saya ingin sekali berjumpa dengan Muzakir Manaf, seorang pria tampan yang menawan hati saya sejak beberapa waktu lalu. Terutama setelah saya membaca reportase wawancara The Atjeh Post dengan beliau. Duh, entah di mana lagi ada pria seperti beliau. Meski lama di hutan dan belantara pun, kalau memang kepribadiannya oke, mau di mana dan kapan pun tetap saja oke. Auranya sungguh luar biasa sekali.


Ooopppsss!!! Saya tidak bermaksud kampanye, loh! Saya tak memiliki kepentingan apapun karena saya bukan orang Aceh. Tak ada juga yang bisa membeli saya untuk urusan selera dan idealisme. Kompromi untuk hal yang satu ini pun tidak mau. Jika menurut saya tampan, mau bagaimana?! Apa ada yang bisa memungkiri?! Biar dibayar untuk berdusta pun, hati tetap bicara, kan?!


Sewaktu peluncuran buku "Ayahku Inspirasiku, Sepucuk Surat Teruntuk Ayahanda Tercinta, TD. Pardede" bulan Februari yang lalu di Convention Hotel Danau Toba, Medan, saya nekat saja mengundang beliau meski saya tak kenal dan belum pernah berjumpa. Syukur-syukur beliau datang, saya jadi bisa bertemu dengan idola, kalau pun tidak bisa, saya mengerti. Di tengah hiruk pikuk menjelang Pilkada, apalagi setelah kekisruhan yang terjadi, tentunya banyak hal yang perlu mendapatkan perhatian penting.


Saya mendapatkan masukan dari Kautsar, anak muda dari Partai Aceh, bahwa beliau sebetulnya ingin hadir dalam acara itu  tetapi tidak bisa datang karena ada acara besar dua hari setelah itu. Massa pendukung Partai Aceh datang dari berbagai penjuru Aceh dan berkumpul di Banda Aceh. Tentunya, beliau pasti sibuk sekali dan yang terbaik harus tahu apa yang didahulukan dan mana yang menjadi prioritas utama. Tidak pantas dan tidak baik bila beliau hadir ke acara saya, sementara ada sekian banyak masyarakat yang sudah menantikan beliau. Jadi, saya bukannya sedih, tapi malah senang. Hanya yang terhormat yang tahu bagaimana cara menghormati, bukan untuk dihormati tetapi untuk memberikan kehormatan.


Beruntunglah saya ketika berjumpa dengan Kautsar kembali di resepsi pernikahan putri Pak Hasbi, beliau berkata bahwa Mualem ada waktu untuk bertemu saya dan Gen-K. Saya sedikit tak percaya, tapi berharap sekali. Buat yang lain, mungkin sudah biasa bertemu dengan beliau, saya?! Bandung - Aceh jauhlah ya!!!


Berhubung terlalu capek dan kurang tidur, saya tertidur pulas saat beliau datang bertemu dengan Gen-K. Ditelpon dan SMS berkali-kali pun saya tak dengar. Untung deringan terakhir itu dapat membangunkan saya, kalau nggak, lewat lagilah kesempatan bertemu idola. Bisa benar-benar mabuk kesal penuh sesal!!!


Melihat beliau duduk di sofa dengan tatapan wajah ke depan, membuat rambut di kepala saya gatal mendadak. Saya benar-benar tidak tahu harus bicara apa padahal sudah banyak pertanyaan yang ingin saya ajukan sebelumnya. Ditambah lagi pada saat beliau berdiri, memberikan tangannya untuk menjabat tangan saya, aduh!!! Dengan pakaian yang sedemikian sederhananya saja, beliau tampak elegan dan berkelas.  Bagaimana bila berpakaian ala seorang raja Aceh?!


Terbayang langsung bagaimana beliau pada saat menggunakan baju kehormatan pria Aceh yang sering nampak di baliho pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh. Tak semua pantas mengenakan baju dan topi meuketop itu, menurut saya, harus yang benar-benar tampan, berkelas, dan terhormat saja yang mengenakannya. Toh, baju itu pastinya dulu dirancang tidak untuk sembarangan orang. Jika sekarang banyak yang mengenakannya, kalau tak tampan, berkelas, dan terhormat, nggak keluar kemewahan yang seharusnya terpancar. Malah buat pusing dan mual.


Saya mengerti beliau bukan tipe pria yang banyak bicara apalagi di depan umum. Saya juga amat sangat sadar bahwa orang yang banyak bicara, bualannya jauh lebih banyak daripada fakta dan kenyataan yang sebenarnya. Tong kosong nyaring bunyinya, kok!!! Oleh karena itu, saya tidak mau melewatkan kata-kata yang terlontar dari bibirnya karena pasti tidak asal. Jangan heran bila tidak ada kafilah yang berlalu dan berpaling darinya, kecuali mereka yang hanya pandai menggonggong saja. Mau menggigit pun, silahkan!!! Nggak punya gigi dan taring meski punya setumpuk rekening penuh isi, sederet mobil mewah, dan berbongkah emas serta berlian, untuk apa ditakuti?! Yang salah pasti takut, yang benar?!


Senang sekali rasanya hati ini pada saat beliau membolak-balik buku hasil karya saya itu dengan serius. Tak perlu bicara pun beliau sudah menampakkan isyarat mata yang membuat hati saya tersenyum berbangga hati. Jawaban yang beliau berikan pada saat ditanya aneuk Gen-K tentang pesan beliau untuk generasi muda Aceh, membuat saya bukan lagi tersenyum tapi mabuk kepayang padahal waktu itu saya belum minum. Maksudnya, saat itu saya tidak mengerti apa yang dia katakan karena berbahasa Aceh, tetapi saya dapat merasakannya. Benar, kan?! Dari hasil terjemahan kata-kata beliau, apa yang saya rasakan tak meleset. Beliau menyampaikan agar aneuk muda Aceh mau belajar sejarah sehingga bisa ditulis kembali dengan benar dan jujur. Pesan Mualem Boleh, dong, melambung sedikit?! Hehehe....


Biarpun hanya sebentar pertemuan dengan Mualem, namun tak pernah ada yang bisa terlupakan. Di BBM saya pun melihat bagaimana anak-anak GenK bersorak sorai bergembira karena telah bertemu beliau. Yang lelaki, berebut ingin menjadi seperti beliau. Beda jauh pun tetap dicari apa yang sama. Sementara para bidadari, berebut ingin menjadi memiliki hatinya. Saya sampai tertawa sendiri bila mengingatnya.


Muzakir Manaf, Mualem, pria Aceh yang sejatinya sudah membuat saya dan banyak lainnya mabuk meski belum minum sekalipun. Beliau tak perlu bertopeng karena wajahnya sudah jadi dan memang sangat tampan. Itulah yang membuat siapapun terpesona dan tak menjadi mual.


Oh ya, kalau mau muntah sebelum mabuk, tak perlu repot-repot. Cukup melihat bagaimana mobil kampanye seorang calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh berkeliaran di tempat yang tak seharusnya, di propinsi yang bukan wilayahnya, tak ada acara atau kegiatan yang terkait dan berhubungan, dan lebih dari satu pula,  sudah cukup bikin perut nggak enak. Lagipula, apa maksudnya berkeliaran di propinsi lain?! Unjuk gigi dan taring?! Nggak bisalah kalau nggak punya!!! Untung tak ada polisi moral dan etika, kalau tidak, sudah kena cambuk berapa kali, ya?! Sudah mabuk betulan kali, ya?! Duh, bikin pening saja!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar