Selasa, 06 Maret 2012

Malik Mahmud dan Zaini Abdullah Bertemu Rektor IAIN Ar-Raniry


KBANDA ACEH – Pemangku Wali Nanggroe Malik Mahmud al Haytar dan kandidat Calon Gubernur Aceh dari Partai Aceh (PA) bersilaturrahmi ke kampus IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Selasa 6 Maret 2012. Acara itu difasilitasi oleh Barisan Intelektual Muda (BIM) Aceh.

Rombongan yang terdiri dari mantan petinggi GAM dan sejumlah petinggi PA itu tiba di tempat acara pada pukul 14.30 WIB. Mereka disambut langsung oleh Rektor IAIN Ar Raniry Banda Aceh, Prof. Farid Wajdi Ibrahim.

Di ruang aula Pasca Sarjana IAIN Ar Raniry, tempat berlangsungnya acara, sejumlah pimpinan rekrorat dan dekanan IAIN telah menunggu. Dalam kesempatan itu, Prof. Farid Wajdi Ibrahim memperkenalkan satu persatu para pimpinan IAIN Ar Raniry Banda Aceh, yang terdiri dari pembantu rektor, kepala
biro dan para dekan fakultas.

Dalam pengantarnya, Farid menyampaikan beberapa hal terkait sejarah berdirinya IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Menurutnya, berdiri IAIN merupakan bagian panjang dari sejarah perjuangan orang Aceh sejak DI/TII. "Artinya kampus ini juga hasil perjuangan yang didirikan dengan darah ureueng Aceh," ujarnya.

Ia juga menjelaskan peran mahasiswa IAIN Ar Raniry dalam perjuangan pencabutan DOM. Katanya,  70 persen mahasiwa IAIN berasal dari kampung-kampung di Aceh yang terkena imbas konflik.

Pada acara yang berlangsung dalam suasana santai itu, Farid juga juga memberitahukan bahwa nantinya, ketika pembangunan kampus sudah selesai, IAIN Ar Raniry Banda Aceh akan menjadi kampus termegah se-Sumatra.

Seperti yang diketahui, kampus IAIN Ar Raniry Banda Aceh saat sedang dalam masa pembangunan ulang. Selain itu, sedang diupayakan pengubahan status dari institute ke universitas. “Kita telah mempersiapkan berkas-berkasnya, Kamis nanti akan kita bawa ke Jakarta,” kata Farid.

Usai menyampaikan sambutan, Farid mempersilahkan Zaini Abdullah untuk menyampaikan sambutan. “Saya merasa terharu dan bangga mendengar kabar bahwa nantinya kompleks IAIN akan menjadi universitas termegah se-Sumatra,” kata Zaini.

Di hadapan para akademisi IAIN, Zaini juga menceritakan kembali tentang sejarah perjuangan orang Aceh dan sejarah dirinya bergabung bersama GAM.  Menurutnya, orang Aceh harus terus mengingat sejarahnya.

“Manusia yang hidup tanpa sejarah adalah manusia-manusia yang telah mati sebelum mati. Dia tidak tahu masa lalu, hingga tidak bisa berjalan ke masa depan.”

Malik Mahmud dalam sambutannya menyinggung soal kondisi ekonomi Aceh yang menurutnya masih seperti 50 tahun lalu. Itu sebabnya, ia mengajak para intelektual untuk bersama-sama memikirkan kemajuan Aceh ke depan.

Menurut Malik Mahmud, Aceh sebenarnya memiliki sumber daya yang sangat besar untuk mencapai kemajuan. Jika bisa dikelola dengan baik, Aceh  bisa lebih maju dari Singapore.

Acara silaturrahmi itu berlangsung selama dua jam. Usai acara, para pimpinan IAIN Ar Raniry melakukan foto bersama dengan Malik Mahmud dan Zaini Abdullah.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar